Dalam sejarah, Rasulullah Saw dikisahkan punya kedekatan hubungan dengan “orang-orang miskin, termasuk anak-anak. Bahkan, ketika masuk ke dalam suatu majelis, Rasulullah memilih duduk dalam kelompok orang-orang miskin.
Rasulullah bersabda, “Siapa yang memakaikan seorang anak pakaian yang indah dan mendandaninya pada hari raya, maka Allah SWT akan mendandani/menghiasinya pada hari kiamat. Allah mencintai terutma setiap rumah, yang di dalamnya memelihara anak yatim dan banyak membagi-bagikan hadiah. Barang siapa yang memelihara anak yatim dan melindunginya, maka ia akan bersamaku di surga.”
Suatu ketika, pada Hari Raya Idul Fitri, Rasulullah seperti berkunjung ke rumah-rumah warga. Dalam kunjungan itu, Rasulullah melihat semua orang bahagia.
Anak-anak bermain dengan mengenakan pakaian hari raya. Namun, tiba-tiba Rasulullah tertuju pada seorang anak kecil yang sedang duduk bersedih.
Anak kecil ini memakai pakaian penuh tambalan dan sepatu rusak. Rasulullah lalu bergegas menghampirinya. Melihat kedatangan Rasulullah, anak kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis tersedu-sedu. Rasulullah lantas meletakkan tangannya di atas kepala anak kecil itu dan dengan penuh kasih sayang, lalu bertanya, “Anakku, mengapa engkau menangis? Hari ini adalah hari raya bukan?”
Anak itu menjawab, “Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakan bersama orang tuanya dengan bahagia. Anak-anak bermain dengan riang gembira. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis.
Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah. Ia bertarung bersama Rasulullah bahu membahu dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi?
Mendengar cerita itu, seketika hati Rasulullah diliputi kesedihan. Dengan penuh kasih sayang ia lalu membelai kepala anak kecil itu dan berkata, Anakku, hapuslah air matamu. Angkatlah kepalamu dang dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu. Apakah kamu ingin agar aku menjadi ayahmu? Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu dan Aisyah menjadi ibumu? Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?
Anak itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat dihadapannya. Namun, entah mengapa ia tidak bisa berkata apa-apa.
Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya sebagai tanda menerima tawaran Rasulullah. Kemudian anak kecil itu bergandengan tangan dengan Rasulullah pulang menuju rumah beliau.
Sesampainya di rumah, wajah dan kedua tangan anak kecil itu lalu dibersihkan. Ia kemudian diberi pakaian yang indah dan makanan, serta uang. Lalu diantar keluar agar dapat bermain bersama anak-anak lainnya. Sikap Rasulullah ini menunjukkan Islam sangat menonjolkan kepedulian sosial.
Defenisi Anak Yatim
Ibnu Manzhur berkata, “Yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya sebelum ia baliqh.”
Rasulullah Saw bersabda : “Tidaklah dinamakan yatim setelah dia baligh”
Anak yang belum baligh, bila yang meninggal dunia ayahnya disebut yatim, bila yang meninggal dunia ayah dan ibunya disebut lathim (yatim-piatu bila dalam bahasa Indonesia). Dan bila yang meninggal ibunya saja disebut ‘ujm. Definisi ini perlu kita pahami agar kita tidak dalah di dalam mengemban amanat dan mencari sumbangan yang mengatas namakan anak yatim.
Keutamaan Memelihara dan Menyantuni Anak Yatim
Setiap perintah Allah Ta’ala bila diamalkan dengan penuh keikhlasan dan sesuai dengan sunnah Rasulullah pasti ada keutamaannya.
Orang yang menyantuni dan memelihara anak yatim karena ingin melaksanakan perintah Allah akan meraih keuntungan yang banyak, diantaranya:
1. Menjadi teman Rasulullah di surga
2. Menumbuhkan sikap lemah lembut
3. Menjauhkan diri dari sifat kikir
4. Menjadi pengikut setia Rasulullah
5. Bertambah rezekinya
Bagaimana Mendidik dan Menyantuninya
Anak kecil biasanya banyak tingkah. Mereka perlu mendapatkan pendidikan dan pengarahan agar selamay lahir dan bathinnya. Begitu pula anak yatim, sangat butuh pemeliharaan karena dia kehilangan kekasih yang senantiasa mengurusi dana untuk memenuhi kebutuhannya. Karena itu, wajar jika dia banyak tingkah dan berbuat salah. Lalu bagaimana mendidik mereka
1. Pendidik hendaknya ikhlas karena mencari ridha Allah Ta’ala
2. Menganggap sebagai anaknya sendiri
3. Merasa diawasi Allah
4. Sopan dan lembut ketika menghadapi tingkah lakunya yang salah
5. Senyum dan menyayanginya serta tidak mengganggu fisik dan kehormatannya
6. Mendidik sampai baligh dan siap menikah
7. Mendidik agar menjadi ahli ibadah
8. Jangan mengurusi hartanya bila khawatir tidak amanat.
Bahaya Menelantarkan Anak Yatim
Menelantarkan anak yatim termasuk dosa besar, demikian juga mengambil hartanya tanpa alasan yang benar. Mengurusi anak yatim adalah bagian dari din (agama). Hukumnya fardhu kifayah. Jika waliyul amri (pemerintah) tidak mengurus dan tidak ada seorang pun yang mengurus dia maka kaum muslimin semuanya berdosa.
Referensi :
Rinaldi, Sofnir. 2013, Mari Memuliakan dan Melindungi Anak Yatim. Buletin Dakwah Al-Adzkia Masjid Baiturrahim Ulhee Lheue. Banda Aceh. 21 Juni 2013
0 comments :
Post a Comment